Dilansirdari Encyclopedia Britannica, sebelum seorang guru menetapkan suatu program pembelajaran, terlebih dahulu harus mempelajari dan menguasai gbpp. Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Alat atau prosedur yang bisa digunakan guru untuk menyusun suatu program pembelajaran? beserta jawaban
Padakesempatan kali ini membagikan jawaban dari soal Sebelum kita menulis naskah, telebih dahulu menentukan batas dan ukuran kertas pada Demikian artikel tentang Sebelum kita menulis naskah, telebih dahulu menentukan batas dan ukuran kertas pada Semoga Bermanfaat
menghafalkannaskah pidato; memahami pokok-pokok isi pidato; menentukan topik pidato; Semua jawaban benar; Jawaban yang benar adalah: C. memahami pokok-pokok isi pidato. Dilansir dari Ensiklopedia, sebelum membacakan naskah pidato atau berpidato, hal yang terlebih dahulu kita lakukan adalah memahami pokok-pokok isi pidato. [irp] Pembahasan dan
Dilansirdari Ensiklopedia, sebelum seorang guru menetapkan suatu program pembelajaran, terlebih dahulu harus mempelajari dan menguasai gbpp. Kemudian saya sangat merekomendasikan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Latar belakang undang-undang terkait pemeriksaan dan tanggung jawab pengelolaan negara adalah? beserta jawaban dan
Sebelummenjadi seorang konten kreator kalian harus mengetahui passion kalian terlebih dahulu. Dengan mengikuti passion yang kalian miliki akan membuat karya kalian menjadi lebih maksimal dan menginspirasi banyak orang. dan usahakanlah untuk menulis artikel sebanyak 1.500 kata perharinya untuk terbiasa menulis dan menuangkan ide. Memahami
Pembahasan Pada saat mendeklamasikan puisi, kita harus memahami isi dan pesan yang ingin disampaikan. Dengan memahami isi dan pesan yang akan disampaikan, emosi dan intonasi saat membaca puisi akan sesuai dan pesan yang akan disampaikan akan mudah diterima oleh pendengar. Jadi, jawaban yang tepat adalah B.
Oksemuanya, kali ini kita akan berbicara mengenai Penulisan naskah yang biasanya dilakukan Oleh seorang Script Writer(penulis naskah). Sebelum kita masuk ke dalam dunia penulisan naskah, pertama - tama kita akan memahami dengan baik terlebih dahulu apa itu Script Writer.
ItulahPenejelasan dari Pertanyaan Sebelum seorang guru menetapkan suatu program pembelajaran, terlebih dahulu harus mempelajari dan menguasai? Kemudian, kami sangat menyarankan anda untuk membaca juga soal Siapa wakil presiden Indonesia yang pernah menjabat sebagai ka kwarnas gerakan pramuka pada tahun 1973-1978? lengkap dengan kunci jawaban
Dilansirdari Ensiklopedia, sebelum seorang guru menetapkan suatu program pembelajaran, terlebih dahulu harus mempelajari dan menguasai gbpp. Baca Juga: Pembentukan Badan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Cosakai) oleh pemerintah Jepang pada 1 Maret 1945, pada hakikatnya dimaksudkan untuk?
Sebelummenulis naskah seseorang harus memahami terlebih dahulu karakteristik media. Question from @Marsya2151 - Sekolah Menengah Atas - Ti Marsya2151 @Marsya2151. June 2019 1 0 Report. Sebelum menulis naskah seseorang harus memahami terlebih dahulu karakteristik media . ainunsafitri181 Sebelum menulis naskah seseorang harus memperhatikan
7xxHbWP. 5 Tahapan Menulis 1. Tahap Pratulis2. Tahap Pembuatan3. Tahap Revisi4. Tahap Penyuntingan5. Tahap Publikasi Tahapan Menulis. Kegiatan menulis merupakan suatu kegiatan di mana seseorang dapat menuangkan ide atau gagasannya menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampaian Tarigan, 198615. Meski demikian, kegiatan menulis tidak serta-merta terjadi tanpa adanya suatu proses atau tahapan menulis. Artinya kemampuan menulis tidak muncul secara alamiah. Kegiatan menulis juga dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan Sumarno, 2009 5. Oleh sebab itu, diperlukan keterampilan menulis untuk dapat mengekspresikan sebuah ide atau gagasan untuk dapat menghasilkan sebuah tulisan. Berdasarkan pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa kegiatan menulis merupakan suatu kegiatan yang diperoleh atau dilakukan dengan melakukan proses atau tahapan menulis yang sistematis sehingga tulisan dapat dipahami atau dimengerti oleh orang lain atau pembaca. Selain diperlukan proses atau tahapan menulis, kegiatan menulis juga membutuhkan kemampuan menulis yang dibagi ke dalam beberapa kemampuan, di antaranya kemampuan berbahasa yang bersifat produktif, kemampuan mengolah kata, kemampuan menuangkan ide atau gagasan menjadi rangkaian yang sistematis. Sebagai suatu kegiatan atau proses berpikir, saat menulis seseorang dituntut memiliki penalaran yang baik sehingga menghasilkan tulisan yang baik pula. Bernalar dalam menulis merupakan dasar dalam kegiatan menulis. Sehingga seorang penulis memang biasanya memiliki kemampuan nalar yang baik dan juga sistematis untuk menghasilkan tulisan. Kegiatan menulis juga dikatakan sebagai proses atau tahapan menulis yang dilakukan dari hasil proses berpikir. Saat menulis, penulis akan menggabungkan kemampuan mengemukakan pendapat, menggunakan nalar, dan juga mengarang dengan melakukan tahapan menulis yang baik agar tercipta kreativitas dalam menulis. Menulis juga disebut sebagai kegiatan transformatif yang memerlukan kompetensi mengelola cipta, mengelola rasa, mengelola karsa, dan memiliki kompetensi untuk menyampaikan gagasan ke dalam bahasa tulis. Menulis juga disebut sebagai kegiatan berkomunikasi karena penulis akan menyampaikan maksud komunikasi secara tertulis pada pembaca. Oleh sebab itu, penulis perlu mempertimbangkan konteks tulisan yang mencakup tentang apa, kapan, siapa, untuk apa, bentuk tulisannya seperti apa, media penyajian apa yang dipilih, dan sebagainya dengan melihat latar belakang pembaca agar menghasilkan tulisan yang komunikatif. Kegiatan menulis yang dilakukan melalui proses dan tahapan menulis ini juga memiliki tujuan. Berikut ini merupakan berbagai tujuan menulis sebagai proses menuangkan ide atau gagasan. – Kegiatan menulis dilakukan sebagai upaya seorang penulis memberikan informasi atau menyebarkan informasi melalui tulisannya melalui berbagai media, baik media digital maupun media cetak. Tulisan tersebut memuat mengenai informasi, kejadian, atau suatu peristiwa. – Kegiatan menulis yang dilakukan berdasarkan tahapan menulis ini dilakukan untuk memberi keyakinan pada pembaca bahwa melalui tulisan, seorang penulis dapat memengaruhi keyakinan pembacanya. Pembaca yang lantas tergerak hatinya saat membaca tulisan penulis, artinya tulisan dapat disampaikan dengan baik oleh penulis. – Kegiatan menulis melalui proses atau tahapan menulis ini dijadikan sebagai sarana pendidikan dan belajar menulis. Tujuannya adalah sebagai proses belajar menulis bagi penulisnya dan proses pendidikan karena mengandung informasi yang disampaikan oleh penulis dan dinikmati atau dibaca oleh pembaca. Untuk memulai atau melakukan sebuah proses menulis, maka diperlukan tahapan menulis. Tahapan menulis wajib dilakukan dan dikerjakan dengan mengerahkan segala keterampilan menulis, seni, kiat, dan kemampuan lainnya yang dilakukan secara sistematis dan efektif. Sehingga, kegiatan menulis tersebut berlangsung secara efektif dan juga menghasilkan hasil yang baik. Proses atau tahapan menulis ini juga merupakan suatu pendekatan dalam proses menulis karena menekankan bukan hanya mengenai proses menulis yang linear, melainkan rekursif atau berluang. Dengan demikian, kegiatan menulis akan melalui proses atau tahapan menulis yang sistematis tetapi sifatnya tidak kaku. Sifat fleksibel dalam tahapan menulis ini dimaksudkan agar penulis mampu mengembangkan pandangan atau idenya ke dalam ungkapan tulis apa pun, sehingga penulis tidak keberatan melakukan proses atau tahapan menulis dan akan menghasilkan tulisan yang berkualitas serta dapat diterima oleh pembaca. Sebuah sistem kreatif di dalam kegiatan menulis ini diterapkan dalam tahapan-tahapan menulis yang tersusun secara sistematis. Kegiatan menulis ini dilakukan berdasarkan lima tahapan menulis, di antaranya 1 tahap pratulis, 2 tahap pembuatan, 3 tahap revisi, 4 tahap penyuntingan, dan 5 tahap publikasi. 5 Tahapan Menulis Berikut ini akan dijelaskan mengenai bagaimana proses atau tahapan menulis yang dibagi menjadi lima tahap yang sudah disebutkan di atas. 1. Tahap Pratulis Tahapan menulis pratulis atau tahap menulis pramenulis ini merupakan tahap siap menulis. Tahapan menulis atau penemuan menulis ini diyakini bahwa 20 persen atau lebih waktu akan tersita pada tahapan ini Murray 1985. Pada tahapan pratulis ini, penulis juga akan melalui tahapan menulis lainnya meliputi, 1 memilih topik, 2 memilikirkan tujuan, bentuk, dan audiens, dan 3 memanfaatkan dan mengorganisasikan gagasan-gagasan. Pada tahapan menulis pratulis ini, penulis akan berusaha mengungkapkan apa yang akan mereka tulis. Sehingga dalam hal ini, berbagai strategi pratulis akan dilakukan dan kemudian diimplementasikan dalam bentuk tulisan untuk membantu penulis dapat menyampaikan ide atau gagasannya ke dalam sebuah tulisan. Tahap pratulis ini dimulai mulai dari mengumpulkan gagasan atau informasi serta penulis juga akan mulai mencoba membuat kerangka atau garis besar tulisan yang akan ditulis. Pada tahapan menulis ini, diperlukan juga meramu pendapat atau gagasan brainstorming, dilanjutkan dengan membuat klaster atau clustering, atau menyusun daftar ide atau yang disebut listing. Setelah itu, akan lahir tema dan topik tulisan sesuai dengan minat dan keinginan dari penulis. Cara menemukan tema atau topik tulisan ini umumnya terjadi karena adanya proses atau tahapan menulis awal yakni meramu pendapat atau brainstorming yang mana penulis akan memperluas wawasan dan pengetahuannya mengenai topik yang akan ia bahas. Setelah melakukan brainstorming dan mendapatkan tema serta topik tulisan, penulis bisa mulai mencari dan menentukan arah dan tujuan tulisannya. Tahapan menulis ini dapat dilakukan melalui kegiatan membaca agar dapat menelaah beberapa bentuk tulisan sebelumnya. Selain itu, tahapan melakukan kegiatan membaca ini juga sangat bermanfaat untuk memilih topik dengan melakukan observasi. Penulis juga bisa mulai membaca buku dan sastra atau buku lain yang relevan dengan topik tulisannya untuk menambah materi atau rujukan penulisan. Setelah itu, penulis membuat kerangka tulisan yang berisi mengenai tulisan bagaimana ide atau suatu gagasan yang akan ditulis disusun berdasarkan poin-poin tertentu. Membuat kerangka tulisan ini sebagai upaya agar penulis memiliki pegangan saat nanti sudah mulai menulis tulisan secara utuh. Kerangka pada tahapan menulis juga disusun sebagai pedoman penulis agar tidak menulis melebihi batasan yang sudah ia tentukan di dalam kerangka karangan tersebut. Di tahapan menulis kerangka tulisan, penulis juga harus sudah memiliki serta mengumpulkan unsur intrinsik yang lengkap dan sistematis. 2. Tahap Pembuatan Tahapan menulis yang kedua adalah tahap pembuatan. Pada tahap ini tulisan penulis sudah mulai bisa mengembangkan kerangka tulisan menjadi draf tulisan yang disusun secara kasar. Pada proses ini, penulis akan mulai lebih mengutamakan isi tulisan daripada tata tulisnya, sehingga semua pikiran, gagasan, dan perasaan mampu tertuang ke dalam tulisan. Selama tahapan menulis ini, penulis harus mampu menyaring tulisan melalui sejumlah konsep menulis. Selama memulai proses ini, penulis mulai fokus pada konsep tulisan, fokus pada pengumpulan gagasan dalam menulis. Sehingga penting bagi penulis untuk dapat mulai meningkatkan rasa kepercayaan dirinya dalam menulis. Penulis tidak perlu takut merasa salah saat melakukan tahapan menulis yakni tahap pembuatan ini. Tak perlu khawatir atau terlalu fokus pada kesalahan, baik kesalahan ejaan, kesalahan menyusun kalimat, atau kesalahan teknikal atau mekanikal lainnya yang akan menurunkan kepercayaan diri penulis. Pada tahap menulis yakni tahap pembuatan atau menyusun draf ini, penulis akan melakukan beberapa tahap, meliputi 1 menulis draf kasar, 2 menulis konsep utama, dan 3 menekankan pada pengembangan isi tulisan. Saat mulai melakukan tahap pembuatan, proses di sini sudah meminta penulis untuk dapat mengorganisasikan ide yang sudah mereka kumpulkan melalui kegiatan brainstorming dalam bentuk draf kasar kemudian mulai menyusunnya ke dalam kalimat demi kalimat. Di tahap ini, penulis mulai belajar bercerita dan cerita tersebut dituangkan secara kasar ke dalam tulisan sembari menuangkan berbagai ide dan konsep cerita yang sudah disusun pada kerangka. Selanjutnya, penulis bisa mengembangkan ide dan menyusun konsep tulisannya secara sistematis sehingga diperlukan rasa percaya diri yang tinggi. Meski tidak mudah dalam melakukan proses ini, tetapi dengan melakukan langkah demi langkah dengan sistematis, penulis akan dimudahkan untuk dapat membuat tulisan menjadi lebih berkualitas dan juga lebih sempurna. Penulis yang percaya diri saat menulis juga akan memiliki keterampilan yang lebih baik karena tidak takut melangkah.+ Baca Juga 7 Unsur Menulis Buku Non Fiksi Perbedaan Buku Fiksi dan Non Fiksi Teknik Menulis Freewriting Tips Tidak Punya Waktu Menulis 10 Referensi Tempat yang Cocok untuk Menulis 3. Tahap Revisi Tahapan menulis yakni tahap revisi atau tahap perbaikan ini merupakan tahap di mana penulis dapat memperbaiki tulisannya. Mulai dari menambah data atau mengurangi data, kalimat, atau aspek tulisan lain yang memang harus diperbaiki, kemudian menambah atau mengurangi informasi pada tulisan, mempertajam perumusan tulisan, mengubah urutan penulisan, dan lain sebagainya. Di tahap ini, penulis juga perlu melakukan tahap yakni menyempurnakan draf atau tulisan yang telah dibuat, dengan tujuan agar tetap fokus pada tujuan tulisan. Selama tahap revisi atau perbaikan, penulis bisa menyaring berbagai ide dalam tulisan mereka. Di tahap ini, penulis biasanya sudah selesai menyelesaikan proses dan mereka akan melengkapi drafnya menjadi lebih lengkap. Meski diartikan sebagai tahapan perbaikan, revisi ini bukan hanya merupakan melakukan tahap penyempurnaan tulisan, tetapi juga mempertemukan kebutuhan pembaca pada tulisan, sehingga informasi atau gagasan yang ada di dalam tulisan benar-benar harus disusun dengan lengkap dan informatif. Penulis bisa mulai menambah, mengganti, menghilangkan, atau menyusun kembali struktur tulisan bilamana memang hasil akhir tulisannya kurang sesuai dengan tujuan tulisan pada awalnya. Penulis juga dapat melihat kembali tulisan mereka dan membandingkan dengan tulisan lain yang relevan. Sama halnya seperti tahapan menulis yang lain, tahap revisi ini dilakukan berdasarkan beberapa tahap, meliputi 1 membaca ulang tulisan atau draf kasar, 2 menyempurnakan draf kasar ke dalam tulisan jadi atau tulisan yang matang, dan 3 memperbaiki bagian yang mendapat umpan balik atau dirasa perlu diperbaiki. Di tahapan menulis ini, penulis juga bisa menambahkan berbagai aspek, misalnya ilustrasi gambar dan lain sebagainya untuk memperjelas isi tulisan dan agar pembaca lebih memahami maksud dan tujuan disampaikannya sebuah komunikasi melalui tulisan. 4. Tahap Penyuntingan Berbeda dengan tahapan menulis yakni tahap revisi, tahap penyuntingan ini dilakukan oleh penulis dengan maksud membaca lagi keseluruhan isi draf atau tulisan yang sudah utuh atau sudah selesai. Dalam tahapan menulis draf kasar, sudah dijelaskan bila diperlukan berbagai perbaikan dan juga penyempurnaan yang dilakukan melalui tahap revisi. Selanjutnya di tahap penyuntingan, masih bisa melakukan perbaikan dengan cara meneliti kembali kesalahan penulisan, kelemahan draf tulisan dengan memerhatikan ketepatan gagasan utama, pemilihan kalimat demi kalimat, tujuan penulisan, dan juga apakah tulisan yang dibuat sudah sesuai dengan kriteria penerbitan. Dalam tahapan menulis yakni penyuntingan ini, penulis juga harus memiliki keterampilan berupa penguasaan tata bahasa, ejaan, dan hal-hal yang terkait kebahasaan. Hal ini agar dilakukan agar penulis mampu memahami kekurangan dan kesalahan yang terdapat pada tulisannya, sebelum akhirnya sampai pada penerbit. Pada tahap penyuntingan ini, penulis melakukan beberapa tahap, meliputi 1 mengambil jarak dari tulisan, 1 mengoreksi tulisan dengan menandai bagian yang terjadi atau ada kesalahan, dan 3 mengoreksi kesalahan dengan menyisipkan pembetulannya. Di tahap ini, penulis dituntut untuk kreatif dan memiliki keterampilan mekanikal, khususnya keterampilan penyuntingan. Ketika sudah masuk tahapan menulis penyuntingan, maka penulis perlu lebih menyempurnakan tulisannya melalui kegiatan membaca. Karena dengan memperluas atau menambah bahan bacaan, maka penulis lebih peka terhadap kesalahan-kesalahan yang ditemukan pada proses penyuntingan. Dalam artian, tahapan menulis yakni tahap penyuntingan ini merupakan tahap penyempurnaan tulisan pada bentuk akhir. Penulis juga bisa memulai untuk fokus untuk menyempurnakan tulisan mereka dengan memerhatikan jika ada kesalahan baik pada tahapan menulis secara teknikal maupun mekanikal, yang bersifat ejaan, tata bahasa, dan lain-lain. 5. Tahap Publikasi Tahapan menulis yang terakhir adalah tahap publikasi. Tahapan menulis yakni publikasi ini merupakan proses terakhir dalam tahapan menulis. Dalam tahap ini, penulis biasanya sudah mulai berani untuk mengirim tulisannya ke penerbit atau ke perusahaan yang mempublikasikan tulisan, baik majalah, penerbit, dan lain sebagainya. Sebelum masuk pada tahap terakhir ini, penulis biasanya akan lebih banyak menerima komentar dan masukan sebelum akhirnya membuatnya mendapatkan banyak pengetahuan dan wawasan mengenai kelebihan dan kekurangan tulisan yang ia hasilkan. Pada tahap publikasi ini, biasanya penulis akan memulai dengan mempublikasikan tulisannya ke komunitas terdekatnya atau orang-orang terdekatanya terlebih dahulu. Dengan melakukan sharing tersebut, maka penulis memiliki lebih banyak penguatan dan masukan terhadap hasil tulisannya. Barulah mereka akan mencari media publikasi yang sesuai, misalnya melalui penerbit, majalah, media massa, dan lain sebagainya. Berbeda dengan berbagai tahapan yang ada di dalam tahapan menulis sebelumnya, pada tahap publikasi ini, ada tiga tahap atau tiga prosedur yang harus dilakukan penulis, meliputi 1 penulis harus mengingat kembali berbagai proses dan pendekatan yang ia gunakan dalam proses menulis lengkap dengan tahapan-tahapan yang dilaluinya. 2 Penulis harus kembali menyesuaikan tulisan yang sudah ia buat apakah sesuai dengan tujuan tulisan yang sudah ia tetapkan saat melakukan tahap membuat kerangka karangan, dan 3 terakhir, penulis harus mengetahui prosedur untuk menyampaikan tulisannya kepada penerbit tulisan. Artikel Terkait Langkah-Langkah Menulis Puisi Langkah Menulis Cerpen Bagi Pemula Langkah Menulis Karya Ilmiah Tahap Menulis Buku yang Perlu Diketahui 5 Tahapan Menulis Buku dengan Mudah Tahapan Menerbitkan Buku Tahap Penulisan Buku Anda punya RENCANA MENULIS BUKU atau NASKAH SIAP CETAK? Silakan daftarkan diri Anda sebagai penulis di penerbit buku kami. Anda juga bisa KONSULTASI dengan Customer Care yang siap membantu Anda sampai buku Anda diterbitkan. Anda TAK PERLU RAGU untuk segera MENDAFTAR. Silakan ISI FORM di laman ini.
JAKARTA - Dalam sebuah film, penulisan naskah cerita menjadi salah satu unsur yang sangat penting. Apalagi, naskah menjadi panduan dalam membangun alur cerita dan membentuk karakter mengasah kemampuan para sineas dalam menulis naskah berkualitas, Netflix, layanan hiburan streaming terkemuka di dunia, menyelenggarakan lokakarya virtual penulisan naskah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Jumat, 20 November 2020. Menampilkan Christopher Mack, Director, Creative Talent Investment & Development Netflix, sebagai pembicara, workshop ini dihadiri oleh lebih dari 400 lokal kreator dan berbagi praktik-praktik terbaik dalam storytelling agar penulis skenario dapat membuat dan mendokumentasikan ide film mereka dengan lebih efektif. Chris mengatakan seiring dengan pertumbuhan Netflix, pihaknya membutuhkan lebih banyak konten untuk jutaan penonton di seluruh dunia sehingga mereka membutuhkan lebih banyak penulis naskah. “Tugas saya adalah memastikan dapat memenuhi kebutuhan tersebut untuk mendukung strategi pertumbuhan konten kami, termasuk berinvestasi dalam program lokal yang mengajarkan keterampilan yang diperlukan untuk pembuatan dan produksi konten,” ujarnya, dalam keterangan yang diterima Bisnis, Senin 23/11/2020.Christopher kemudian menekankan pentingnya membuat panduan cerita sepanjang 15 sampai 30 halaman sebelum mulai menulis naskah, yang mencakup enam bagian pertanyaan untuk membangun cerita, ikhtisar, latar belakang cerita, suasana, deskripsi karakter, dan garis besar cerita. “Hindari keinginan untuk langsung menulis naskah, lalu mulai memikirkan jalan ceritanya belakangan karena hanya akan membuat kita frustasi. Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang cerita Anda terlebih dahulu dan masukkan dalam panduan sebelum menulis naskah sehingga Anda dapat menikmati pengalaman menulis yang lebih baik,” kemudian berbagi bagaimana Aristoteles, yang dianggap sebagai pencetus tiga struktur cerita, percaya bahwa plot, karakter, dan pemikiran adalah tiga pilar terpenting dalam penceritaan. Menurutnya, banyak orang yang percaya bahwa plot lebih penting daripada karakter. Namun di Netflix, karakter lebih penting karena penonton akan membangun hubungan dengan karakter, tidak harus dengan ceritanya. “Pemikiran adalah tema, yaitu ide pokok yang ingin Anda sampaikan kepada penonton. Jika cerita adalah perjalanan Anda untuk mencapai akhir, temanya adalah peta Anda,” itu, Sutradara dan penulis skenario Gina S Noer mengatakan dirinya sangat senang sekali dan melihat bahwa workshop ini sangat bermanfaat bagi penulis naskah pemula maupun yang sudah berpengalaman. Untuk penulis yang sudah berpengalaman, workshop ini mengingatkan kembali akan pentingnya karakter yang menarik dari sebuah cerita, terlepas formatnya, film atau serial, maupun mediumnya, layar lebar atau streaming. “Saya jatuh cinta pada karakter utama serial “The Queen’s Gambit” di Netflix, yaitu seorang anak yatim piatu yang berusaha keluar dan survive dari hidupnya yang berantakan lewat catur. Bukan hanya mengalahkan orang lain, tetapi dia berhasil mengalahkan dirinya sendiri. Sampai sekarang, serial ini masih saya tonton ulang dan saya pelajari bagaimana cara kreator membuat cerita yang begitu bagus,” merupakan pemenang Piala Citra Penulis Skenario Adaptasi Terbaik Festival Film Indonesia 2012 untuk film “Habibie & Ainun”, serta pemenang Piala Citra Penulis Skenario Adaptasi Terbaik untuk film “Keluarga Cemara” dan Penulis Skenario Asli Terbaik untuk film “Dua Garis Biru” Festival Film Indonesia dan penulis naskah Lucky Kuswandi juga menyampaikan hal senada. Workshop ini sangat bermanfaat karena dapat menambah wawasan dan mengingatkan dirinya untuk tidak hanya berfokus pada plot, tapi pentingnya mengetahui tema sebuah cerita dan bagaimana tema tersebut dieksplorasi melalui karakter. “Unsur dasar storytelling dieksplorasi dengan sangat baik dalam workshop ini, mulai dari karakter dan keinginannya, kebutuhan, dan apa yang mereka pertaruhkan. Sesuatu yang perlu diingat terus oleh kreator lokal. Pada intinya, ini semua adalah tentang karakter,” sendiri mengaku belajar banyak hanya dengan menonton film dan serial di Netflix. Sebab, banyak Netflix Original memiliki cerita yang sangat menarik. Universal, tetapi secara khusus menggambarkan cerita yang bertumpu pada karakter kompleks dan berlapis-lapis yang membuat pilihan sulit. “Saya suka ambiguitas dari karakter di film dan serial Netflix, serta betapa menariknya plot yang kemudian terungkap. Menurut saya, Netflix memiliki keberanian untuk menemukan suara-suara baru dan tetapi menarik bagi penonton,” ujar merupakan pemenang Silver Screen Award untuk Film Pendek Asia Tenggara Terbaik dan Sutradara Terbaik Film Pendek Asia Tenggara untuk film “The Fox Exploits the Tiger's Might” di Festival Film Internasional Singapura 2015, dan pemenang Student Award untuk film “The Fox Exploits the Tiger's Might” di Jogja-NETPAC Asian Film Festival. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Penulisan yang bagus seringkali dilihat sebagai sebuah seni, dan memang ini bisa menjadi sesuatu yang cukup mengintimidasi. Ada beberapa peraturan—dan bahkan ilmu—di balik penulisan yang baik dan benar. Otak kita bekerja dengan cara tertentu; jadi peraturan apa yang perlu kita ketahui untuk menulis dengan cara yang paling dimengerti oleh otak kita? Untuk mencari jawabannya kita perlu bertanya kepada Steven Pinker. Beliau merupakan ilmuwan otak dan seorang ahli Bahasa di Harvard. Beliau juga merupakan salah satu orang yang merancang American Heritage Dictionary. Baru-baru ini Steven dimasukkan ke dalam daftar 100 psikologis paling berpengaruh di era modern. Di artikel ini kamu akan mempelajari tentang Dua elemen penting yang akan meningkatkan kualitas penulisanmu. Kesalahan terbesar yang sering terjadi—dan cara untuk mengatasinya. Ilmu di balik penulisan yang baik. Cara yang paling mudah untuk meningkatkan pengetahuan struktur bahasamu. Dan masih banyak lagi. Mari kita mulai. 1 Imajinasikan kata-katamu dan anggaplah menulis sama dengan bercakap-cakap Sepertiga otak manusia didedikasikan untuk penglihatan. Jadi dengan berusaha untuk membuat pembaca kita “melihat” merupakan tujuan yang bagus dan memvisualisasikan kata-kata kita dapat memberi efek yang signifikan. Dan ada baiknya juga menggunakan Bahasa percakapan sehari-hari. Terlalu banyak orang yang berusaha untuk membuat orang lain terkesan dengan berusaha terdengar pintar. Namun hasil penelitian justru menunjukkan bahwa usaha ini terkadang justru membuatmu terlihat bodoh …mayoritas lulusan S1 mengakui bahwa mereka sering berusaha menggunakan kata-kata yang kompleks untuk membuat tulisan mereka terkesan lebih pintar. […]Hasil eksperimen 1-3 memanipulasi kerumitan dari teks yang dihasilkan dan menemukan adanya hubungan yang negatif antara kerumitan dan kepintaran yang tampak. Penelitian menunjukkan bahwa hal-hal yang mudah untuk diproses oleh otak kita akan terasa lebih nyata dibandingkan dengan konsep yang masih perlu diretas. Cobalah menyamakan dirimu dengan pembacamu. Kalau kamu berusaha untuk membuat mereka terkesan dengan kata-kata kosong, kamu justru akan membuat mereka merasa bodoh, dan tidak ada yang suka merasa bodoh. Bayangkan kamu memberitahu teman yang sama pintarnya denganmu sesuatu yang tidak mereka mengerti. Dua hal sederhana berikut—memvisualisasikan kata-katamu dan menggunakan kata-kata sehari-hari—dapat meningkatkan kualitas tulisanmu. Namun ini bukanlah penghambat no. 1. 2 Berhati-hatilah akan “Kutukan Pengetahuan” Alasan utama mengapa tulisanmu kurang jelas bukanlah salahmu. Otakmu sebenarnya tidaklah diprogram untuk menulis dengan baik, dan justru sebaliknya. Begitu kamu memahami sesuatu, kamu akan berasumsi bahwa orang lain pun paham akan hal ini. Ini merupakan sesuatu yang alamiah bagi semua orang. Dan ini justru menciptakan penulisan yang buruk. Pernahkah kamu mendengar orang berkata, “Coba jelaskan padaku seakan aku ini anak berumur 5 tahun”? Ini merupakan trik untuk mengatasi kutukan pengetahuan tersebut. Jadi apa cara terbaik untuk menghindari hambatan no. 1 dalam menulis? Lakukanlah apa yang telah sering dilakukan oleh banyak penulis Mintalah orang lain untuk membaca karyamu dan memberikan masukan dan memberitahumu apakah kata-katamu masuk akal bagi mereka. Dengan kata lain, carilah seseorang untuk menjadi editormu meskipun seseorang ini adalah temanmu Larry. Apa yang perlu kamu lakukan untuk memastikan pembacamu terus membaca karyamu dari awal sampai akhir? 3 Jangan Bertele-tele Yes, ini adalah pepatah lama dari dunia jurnalisme. Apa maksudnya? Sebutkanlah inti dari pesanmu dari awal, dan jangan berpanjang-lebar terlebih dahulu. Yang sebelumnya tidak kuketahui adalah bahwa ini bukanlah sekadar pepatah lama di dunia jurnalisme—namun ini juga didukung oleh hasil riset. Orang-orang perlu poin-poin referensi agar mereka dapat mengikuti dan memahami argumenmu—tanpanya, pembacamu akan kebingungan dan kehilangan jejak. Atau mungkin kamu merasa ini akan membuat tulisanmu terasa kurang misterius? Sekali lagi ya Berhentilah berlagak pintar dan berhenti bertele-tele. Misteri tidaklah berguna kalau pembacamu sama sekali tidak memahami pesan yang kamu sampaikan dan justru berhenti membaca setelah membaca paragraf pertama. Kapan kamu perlu menyampaikan topikmu kepada pembacamu? Sesegera mungkin. Tidak terlalu lama setelah kamu memulai kalimat pertamamu. Penempatan inti dari penulisanmu tidaklah lebih penting dari pada keharusan untuk menyampaikannya dari awal penulisanmu. Tentu saja ada para pelawak, pendongeng, penulis esay, dan penulis novel misteri yang dapat membangun sebuah suasana misterius kemudian menutupnya dengan penyelesaian kasus secara tiba-tiba. Namun para penulis lainnya perlu memiliki tujuan utama untuk menyampaikan informasi, dan bukan justru untuk membodohi, dan ini berarti mereka perlu memperjelas maksud ini kepada para pembacanya. Jadi kamu telah berusaha untuk menulis dengan gaya Bahasa yang alami dan memberitahu pembacamu mengenai inti dari pesanmu. Bagus! Apakah kamu terkesan pintar sekarang? Bisa saja, sesekali. 4 Kamu tidak Perlu Mengikuti Semua Peraturan yang Ada Namun Cobalah Kita semua tahu orang-orang yang sangat menaati peraturan struktur Bahasa, seperti misalnya mengikuti penggunaan “di mana” dan bukannya “dimana,” dan tidaklah terlalu senang saat penggunaan kata ini disalahgunakan. Namun orang-orang ini seringkali lupa bahwa saat kita berbicara mengenai gaya Bahasa, orang-orang gila lah yang menjalankan rumah sakit jiwa ini. Kamus bukanlah suatu set peraturan. Kamus selalu mengikuti perkembangan Bahasa yang ada, dan bukanlah suatu peraturan yang justru harus ditaati. Karenanya, saat kita membicarakan Bahasa yang baik dan benar, tidak ada seorang pun yang harus ditaati—rumah sakit jiwa saja dipenuhi oleh orang-orang gila. Para editor kamus selalu banyak-banyak membaca, dan selalu terbuka dalam menerima sebuah kata baru dan penggunaan yang digunakan oleh banyak penulis dalam banyak konteks yang berbeda-beda, dan para editor ini menambah dan mengubah definisi yang ada sesuai dengan perkembangan Bahasa. Haruskah kita mentaati peraturan sebisa mungkin? Apakah ini akan membuat kualitas penulisan kita di atas rata-rata? Tentu saja. Namun adanya kreativitas tidak pernah dilarang. Bahasa akan selalu, harus selalu, dan dapat berubah dan ini merupakan sesuatu yang sama sekali tidak buruk. Untuk menjadi penulis yang baik, kamu perlu memahami dengan baik peraturan yang ada sebelum kamu dapat melanggarnya. Karenanya kamu perlu mempelajari peraturan agar kamu bisa melanggarnya apabila perlu. Apa cara terbaik untuk mempelajari peraturan tersebut tanpa membuatnya menjadi sebuah beban seakan kita sedang mengulang kelas Bahasa lagi? 5 MEMBACA Banyak penulis-penulis ternama justru tidak pernah membaca buku yang mengajari mereka bagaimana cara menulis. Sama sekali. Lalu bagaimana cara mereka belajar menulis? Dengan membaca, membaca, dan membaca. Panduan menulis tentu saja merupakan sarana yang perlu dimanfaatkan, namun siapapun yang ingin meningkatkan kualitas membaca mereka perlu banyak banyak membaca. Bahkan hasil penelitian menunjukkan betapa kamu dapat mengenal seorang penulis dari sekadar membaca karya-karya mereka. Jadi kamu akhirnya membaca. Namun ada satu hal terakhir yang perlu kamu lakukan dengan apa yang telah kamu tulis, dan memang, hal ini merupakan suatu faktor penentu yang penting. 6 Untuk menulis dengan baik, kamu perlu merevisinya Menjadi penulis yang baik tidak berarti semua kata-kata yang indah akan langsung terbentuk. Ini justru berarti kamu menghabiskan waktu untuk mengasah kemampuanmu. Ide-ide dapat membanjiri kepalamu, namun melakukan hal yang sama kepada orang lain tidaklah sama caranya. Ini merupakan sesuatu yang perlu dilatih. Kamu perlu meluangkan waktu untuk merevisi tulisanmu sendiri. Faktor penentumu ada di editanmu. Apa kamu pikir yang telah menghancurkan semua Bahasa tulisan adalah SMS, email, dan media sosial? Salah. Christian Rudder menunjukkan sebuah penelitian yang menunjukkan bagaimana Twitter justru dapat meningkatkan kemampuan menulis orang-orang dengan membuat mereka terus merevisi kata-kata mereka untuk menjadi lebih ringkas dan padat. Twitter mungkin justru telah mengasah kemampuan menulis para penggunanya karena media sosial ini memaksa mereka untuk menyampaikan pesan dalam batasan kata yang ada—seperti yang dikatakan oleh William Strunks “Hilangkan kata-kata yang tidak diperlukan,” dengan tiap ketikan yang dilakukan… Namun jangan lupa untuk menikmati proses menulis yang ada ya. Oscar Wilde pernah berkata, “Seorang penulis adalah seseorang yang mengajari pemikirannya sendiri untuk melanggar peraturan.” Sumber Time